Bismillah.
Diantara jeleknya syirik dan kemaksiatan adalah membuat pelakunya menolak dan menganggap aneh tauhid dan ketaatan. Hal ini telah dibuktikan oleh para nabi dan penerus perjuangan dakwah mereka; bahwa kaum musyrik dengan keras menolak ajakan mentauhidkan Allah dan menganggapnya sebagai perkara aneh dan mengherankan.
Allah berfirman menceritakan tanggapan kaum Nabi Hud atas dakwah beliau ‘alaihis salam (yang artinya), “Sembahlah Allah saja, tidak ada bagi kalian sesembahan -yang benar- selain Dia… mereka pun mengatakan : Apakah kamu datang supaya kami menyembah hanya kepada Allah?!” (al-A’raf : 65-70). Begitu pula tanggapan kaum musyrik Quraisy kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata (yang artinya), “Apakah dia (Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi satu sesembahan saja. Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang mengherankan.” (Shad : 5)
Bahkan kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam pun menolak dakwah tauhid. Allah menceritakan dalam ayat (yang artinya), “Mereka mengatakan : Janganlah kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian. Jangan sekali-kali kalian tinggalkan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” (Nuh : 23). Ini adalah nama-nama sosok orang salih yang diangkat menjadi berhala sesembahan oleh kaum musyrikin di masa itu.
Allah mengisahkan sikap kaum musyrikin ketika diajak untuk mengikrarkan kalimat tauhid. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya mereka itu ketika dikatakan kepada mereka laa ilaha illallah maka mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan : Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami hanya demi mengikuti seorang penyair gila.” (ash-Shaffat : 35-36)
Mereka -kaum musyrik di masa nabi- memahami bahwa kalimat tauhid menuntut mereka meninggalkan ibadah kepada selain Allah dan wajibnya mengesakan Allah dalam hal ibadah. Mereka juga paham bahwa apabila mereka mengucapkan kalimat ini sementara mereka terus beribadah kepada berhala tentu hal itu menjadi perkara yang bertentangan/kontradiktif. Sementara para pemuja kubur di masa kini tidak peduli dengan adanya kontradiksi yang sangat buruk ini; mereka mengucapkan laa ilaha illallah tetapi mereka juga menujukan ibadah kepada orang-orang mati dan mempersembahkan berbagai bentuk ibadat kepadanya. Sungguh celaka orang-orang yang Abu Jahal dan Abu Lahab saja lebih paham tentang makna tauhid daripada mereka (lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam risalah beliau Ma’na Laa ilaha illallah, hal. 15)
Demikianlah sunnatullah. Kaum musyrikin heran kepada ajaran tauhid. Begitu pula sangat mengherankan tanggapan orang yang sudah gandrung dengan tradisi klenik dan khurafat kepada para ulama yang mengajak kepada pemurnian ibadah kepada Allah. Mereka akan melontarkan seribu tuduhan dan celaan kepada dakwah tauhid… Agar manusia tidak mengikuti tauhid dan lebih cinta kepada pemberhalaan. Inilah kenyataan yang dapat dilihat oleh orang-orang yang Allah beri taufik untuk melihat kebenaran dan mengikutinya. Semoga Allah melindungi kita dari kesombongan dan kemusyrikan yang tampak maupun yang tersembunyi.
Barakallahu fiikum…
Ditulis di rumah; Sejati Pasar Sumberarum Moyudan